Selasa, 19 Oktober 2010

BUDIDAYA ITIK ALABIO



KATA PENGANTAR
            Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi rabbi dengan kudrah dan iradahnyalah penulis dapat menyelesaikan tugas ini, selawat dan salam kita sanjung sajikan kepangkuan alam nabi besar Muhammad S.A.W yang telah menerangi dunia ini penuh dengan ilmu pengetahuan dan agama yang mulia di sisi Allah.Makalah yang berjudul “BUDIDAYA ITIK ALABIO”yang di maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  “budidaya perternakan dan perairan”.
            Tidak lupa kami menghantarkan ucapan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yang telah berkorban jiwa dan raga demi kesuksesan mata kuliah“budidaya perternakan dan perairan”.Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayahNya terhadap beliau.
            Kami yakin dalam penulisan Tugas ini masih terdapat banyak kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dalam menulis.Oleh karena ini dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan untuk ke depannya.
            Akhirnya pada Allah jualah kami menyerahkan semuanya,semoga makalah ini senantiasa bergunan bagi penulis sendiri khususnya dan kepada pembaca yang budiman pada umumnya.Amin ya rabbal ‘alamin.


Matangglumpang Dua: 06-April-2009

KELOMPOK III

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................……………………………………….            1
DAFTAR ISI..................................…………………….…………………....            2

BAB I PENDAHULUAN…………...……………………………………… 3
BAB II JENIS-JENIS ITIK………………………………………………….            6
A.     Itik Tegal……………………………………………………. 6
B.     Itik Alabio……………………………………………………            7
C.     Itik Mojosari…………………………………………………            8

BAB III MAKANAN………………………………………………………..            9
A.     Pemberian pakan……………………………………………. 9

BAB IV PERKEMBANGBIAKAN………………………………………..              11
A.     Pedoman Teknis Budidaya…………………………………                11
B.     Penyiapan Sarana Dan Peralatan...........................................                11
C.     Pembibitan.............................................................................              12
D.     Pemeliharaan.........................................................................               13
BAB V PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN………………………...                14

BAB VI JENIS PENYAKIT………………………………………………..              15

BAB VII ANALISIS USAHA……………………………………………...              16

BAB VIII PENUTUP………………………………………………………              18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 19





BAB I
PENDAHULUAN
A.     Sejarah Singkat Asal Usul Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo).
           Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).
Sentra perternakan itik terdapat di berbagai negara, Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.

B.        Faktor Pendorong Dan Penghambat Usaha Ternak Itik Alabio.
Permasalahan dalam usaha tani itik alabio dijumpai baik dalam usaha penetasan, pembesaran maupun produksi telur konsumsi dan telur tetas.
a.       Usaha Penetasan.
Pada usaha penetasan, masalah yang dijumpai antara lain adalah belum adanya standardisasi bibit itik yang baik, mutu bervariasi dan adanya bibit itik dari luar yang dikhawatirkan dapat mengkontaminasi kemurnian itik alabio.
b.     Usaha Pembesaran
Pada usaha pembesaran, umumnya peternak belum melakukan pencatatan yang baik, terutama sejarah penyakit dan asal usul itik yang dipelihara, sehingga kejelasan informasi belum sepenuhnya terjamin.

c.     Usaha Produksi Telur Konsumsi
Dalam usaha itik sebagai penghasil telur konsumsi, peternak kesulitan menyediakan bahan pakan basal berupa sagu, karena ketersediaan pohon sagu makin terbatas, bahkan peternak harus mendatangkannya dari luar daerah . Selain itu, masa bertelur itik hanya 10−12 bulan, dan pada umur tersebut bulu itik sudah mulai rontok sehingga banyak peternak yang menjualnya karena kurang efisien dari segi pakan. Harga pakan yang makin melambung menyebabkan biaya produksi terus meningkat. Kualitas pakan sering di bawah standar, yakni protein kasar berkisar 13−18%, energi metabolis 2.700 kkal/kg, sedangkan kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P) belum terpantau.
d.         Usaha Penghasil Telur Tetas
Pada umumnya seleksi itik pejantan sebagai bibit dilakukan berdasarkan pengalaman peternak (Setioko dan Istiana 1999). Akibatnya, kualitas pejantan umumnya kurang baik dan dikhawatirkan terjadi in breeding yang dapat menurunkan produktivitas itik alabio.

Prospek Pendukung  Pengembangan usaha itik Alabio.
Untuk mengatasi kemunduran bibit akibat penggunaan itik pejantan yang berkualitas rendah, perlu dilakukan seleksi dan pemuliaan secara teratur, terarah, dan terencana sehingga diperoleh bibit yang sesuai standar. Selain itu, untuk pengembangan itik alabio secara khusus diperlukan pemetaan daerah atau kawasan khususbagi pengembangan dan pemurnian itik alabio. Selain itu, perlu dibuat standardisasi bibit, pencegahankemungkinan tercemarnya itik alabio oleh itik pendatang, dan pembangunan Pusat perbibitan skala pedesaan atau village breeding center, sehingga diperoleh bibit itik yang murni dengan kualitas yang dapat diandalkan. Penyuluhan tentang pentingnya pencatatan pada usaha pembesaran dan penghasil telur tetas perlu diintensifkan untuk meningkatkan pengetahuan peternak tentang hal itu.
Untuk mengantisipasi harga pakan komersial yang melambung tinggi, perlu digalakkan pemanfaatan bahan pakan lokal alternatif untuk menekan biaya produksi, sehingga keuntungan peternak dapat ditingkatkan. Standardisasi pakan itik alabio juga diperlukan. Diversifikasi bahan baku pakan lokal, terutama budi daya tanaman sagu hendaknya direncanakan secara baik dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan usaha itik alabio perlu dibuat formulasi pakan murah dengan memanfaatkan sumber protein lokal seperti haliling, kalambuai atau keong dan remis, serta beberapa gulma yang potensial dan tersedia sepanjang tahun seperti eceng gondok dan Azolla.
Selanjutnya dalam upaya mengatasi rendahnya kualitas itik pejantan dan betina penghasil telur tetas, perlu ada standardisasi pejantan unggul agar telur tetas yang dihasilkan berkualitas baik, walaupun sampai saat ini daya tunasnya mencapai 90,13% Penggunaan pejantan dalam kelompok yang sama perlu dihindari agar tidak terjadi in breeding pada kelompok tersebut. Penanganan pascapanen itik alabio perlu dilakukan lebih baik lagi agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran.Pelatihan bagi peternak yang melaksanakan kegiatan pascapanen dapat mendukung upaya tersebut.
Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit baik pada telur tetas, di tempat penetasan, anak itik, itik dara dan dewasa maupun lingkungannya, dapat dilakukan peningkatan sanitasi dan fumigasi telur tetas, mesin penetas, kandang dan perlengkapannya secara periodik. (Istiana dan Suryana (1993) mengemukakan bahwa fumigasi pada telur tetas, ruang penetasan dan lingkungannya dengan menggunakan 5% savlon dan 10% rodalon dapat menekan kehadiran bakteri Salmonella sp. dan kapang. Untuk menghindari terjadinya penyakit aflaktosikosis yang disebabkan oleh racun aflatoksin pada pakan, hendaknya penyimpanan pakan tidak terlalu lama. Dengan cara tersebut diharapkan produk yang dihasilkan bebas cemaran mikroorganisme yang dapat merugikan kesehatan ternak dan manusia.

BAB II
JENIS-JENIS ITIK
  1. Itik Tegal
Taksonomi itik tegal yaitu:
Kingdom          : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum      : Vertebrata
Class                : Aves
Ordo                : Anseriformes
Famili               : Anatidae
Genus                : Anas
Spesies : Anas javanicus
Ciri-Ciri Itik Tegal
Itik tegal merupakan itik Indian runner dari jenis itik jawa (Anas javanivus). Dinamakan itik tegal karena berkembang dan banyak dipelihara di Tegal. Itik tegal ini tergolong sebagai itik tipe petelur produktif. Karakteristik itik tegal yakni berbadan langsing dengan postur tubuh tegak. Tinggi badannya antara 45-50 cm. Bulu kebanyakan berwarna merah tua atau coklat yang di Tegal di sebut sebagai warna “jarakan”. Akan tetapi, yang dinilai sangat produktif adalah itik tegal yang berbulu “branjangan”, yaitu warna bulu bertotol-totol cokelat. Selain itu ada juga yang berwarna putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-abu hitam, atau warna campurannya.Itik ini tidak mempunyai sifat mengerami telurnya. Mempunyai daya tahan tinggi dan dapat berjalan jauh. Ciri khusus itik ini adalah tubuhnya tegal lurus menyerupai botol.

  1. Itik Alabio
Taksonomi dari itik alabio adalah :
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Sub phylum      : Vertebrata
Class                : Aves
Ordo                : Anseriformes
Famili               : Anatidae
Genus               : Anas
Spesies : Anas platyrhynchos Borneo
Ciri-ciri itik Alabio sebagai berikut :
Itik alabio adalah itik borneo (Anas platurynchos Borneo) atau itik Kalimantan. Itik ini merupakan itik asli Kalimantan, di samping itik dari Nunukan (Kal-Tim).Itik alabio diperkirakan hasil persilangan antara itik asli Kalimantan Selatan dengan itik peking. Nama Alabio di ambil dari nama salah satu kota kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan. Itik ini merupakan itik tipe petelur yang produktif.
Ciri khas itik alabio adalah sebagai berikut:
ü      Bentuk tubuh segitiga dan membentuk sudut 60 derajat dengan tanah.
ü      Bentuk kepala kecil dan membesar ke bawah.
ü      Warna bulu itik betina kuning keabu-abuan dengan ujung bulu sayap, ekor, dada, leher, dan kepala agak kehitaman.
ü      Warna bulu itik jantan abu-abu kehitaman dan pada ujung ekor terdapat bulu yang melengkung ke atas.
ü      Warna paruh dan kaki kuning.

  1. Itik Mojosari.
Taksonomi itik mojosari yaitu:
Kingdom          : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum      : Vertebrata
Class                : Aves
Ordo                : Anseriformes
Famili               : Anatidae
Genus               : Anas
Spesies : Anas platyrhynchos
Ciri-Ciri Itik Mojosaris sebagai berikut :
Itik mojosari disebut juga itik mojokerto atau modopuro. Jenis itik ini merupakan jenis itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik mojosari merupakan itik petelur unggul.Bentuk tubuh itik mojosari hampir sama dengan itik Indian runner lainnya, yaitu seperti botol dan berdiri tegak. Hanya saja ukurannya relative kecil. Warna bulu itik jantan maupun betina tidak berbeda, yaitu berwarna kemerahan dengan variasi cokelat, hitam, dan putih. Walaupun warna bulu itik jantan dan betina relative sama, tetapi dengan mudah masih dapat dibedakan dengan melihat bulu ekornya. Pada umumnya itik jantan mempunyai selembar atau dua lembar bulu ekor yang melengkung ke atas. Selain itu, warna paruh dan kakinya lebih hitam jika dibandingkan dengan itik betina.

BAB III
MAKANAN
  1. PEMBERIAN PAKAN
Pemberian pakan adalah penting bagi peternak itik alabio dan mengetahui tata cara pemberian pakan yang benar dan efisien.selain itu pemahaman akan mutu pakan, tempat pakan, tempat air minum, waktu pemberian pakan,sanitasi dan vaksinasi, serta bentuk kandang sangat membantu keberhasilan peternak dalam mengembangkan usahanya.
Sebagai pakan alternatif,keong mas dapat di berikan dalam bentuk segar maupun direbus terlebih dahulu. Kemudian dipotong kecil-kecil sesuai dengan keadaan itiknya. Awalnya untuk pembiasaan dan pengenalan, pemberian potongsn daging keong mas dilakukan secara bertahap, dikit demi sedikit ,dan dicampur dengan pakan alternatif lainnya ( dedak, jagung, tepung singkong, dan tepung cangkang udang.hal ini dapat dilakukan 2-3 hari sampai itik terlihat mulai menyukai cecahan daging keong mas.
Selanjutnya, pemberian cacahan daging keong mas dapat diberikan setiap hari sebanyak 1 kali.Dosis pemberian keong mas disesuaikan dengan keadaan ( nafsu makan ) itik alabio.selanjutnya penambahan dosis dapat dilakukan sesui dengan pertumbuhan itik

  1. Keong Mas Dan Kandungan Gizinya.

Keong mas cukup potensial sebagai sumber protein untuk pakan ternak. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan keong mas kepada itik mampu meningkatkan produksi telur dan bobot badan. Untuk dijadikan pakan ternak, keong mas dapat digunakan seluruh tubuhnya sebagai sumber protein dan mineral.
Tabel 1 : Kandungan Nutrisi Pada Keong Mas.
NO
URAIAN
JUMLAH (%)
1
protein
10.46
2
lemak
0.37
3
kadar abu
1.14
4
serat kasar
0.61
5
rendemen
18,00




Tabel 2 : Kandungan Nutrisi Pada Tepung Keong Mas.
NO.
URAIAN
JUMLAH (%)
1
Protein
15.58
2
lemak
0.79
3
kalsium(Ca)
29.33
4
phospor(P)
0.13
5




cangkang keong Mas

   a. protein
2.94
   b. lemak
0.12
   c. kalsium
29.35
   d. phospor
0.19

  1. Komposisi Pakan Alternatif
Penyusunan komposisi pakan alternatif untuk ternak itik alabio disesuaikan ketersedian bahan pakan lokal yang ada. Berikut disajikan pakan alternatif dalam bentuk tabel 3 :
Tabel 3 : Komposisi Bahan Dan Kandungan Gizi Pada Itik Alabio.


J U M L A H (%)

NO.
Bahan Pakan
Starter (1-8 mgg )
Grower(9-12 mgg)
1
Dedak
25,90
33.92
2
Jagung
21.35
38.08
3
Tepung Tapioka
6,00
10,00
4
Tepung Cangkang Udang
10.15
11,00
5
BR 1 (Pakan Komersial)
36,60
0
6
Keong Mas
0
7
j u m l a h

100
100
Kandungan Gizi



1
Protein (%)
17
14.5
2
Energi Metabolis(Kkal/Kg)
2700
2600
3
Ca(%)
1.25
1.02
4
P(%)
0.99
0.85
5
Lisin(%)
>0.85
>0.7

Komposisi bahan pakan itik alabio diatas umur pemeliharaan.untuk umur 1-8 minggu tampa keong mas.setelah itu 9-12 minggu keong mas diberikan sekitar 7% dari total pakan keseluruhan. Keong mas dapat di berikan dalam bentuk segar ataupun yang sudah direbus terlebih dahulu.




BAB IV
PERKEMBANGBIAKAN
  1. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu :
  1. Perkandangan.
  2. Bibit Unggul.
  3. Pakan Ternak.
  4. Tata Laksana dan
  5. Pemasaran Hasil Ternak.
  1. PENYIAPAN SARANA DAN PERALATAN
1)      Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.
2)      Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%
3)      Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang
a. Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:
1.            kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD
2.            kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok
3.            kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang
baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang
lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik
dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran
kandang 3 x 2 meter).
b.  Kondisi kandang dan perlengkapannya.
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam management.


  1. PEMBIBITAN.
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang
telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.
  1. Pemilihan Bibit Dan Calon Induk
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik
adalah sebagai berikut :
  1. membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya
  2. memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
  3. membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
  1. Perawatan Bibit Dan Calon Induk
  1. Perawatan Bibit.
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.
  1. Perawatan Calon Induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.

  1. Reproduksi dan Perkawinan.
Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).

  1. PEMELIHARAAN.
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.
  2. Pengontrol Penyakit Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.
  3. Pemberian Pakan
Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase.
Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:
  1. umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)
  2. umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai
  3. umur 21 hari sampai 18 minggu disebar dilantai.
  4. umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara add libitum (terus menerus).



BAB V
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan itik alabio umumnya bergantung pada kondisi masing-masing daerah Aceh utara .pemeliharaan itik alabio telah mengarah ke spesialisasi model pengembangan usaha, yaitu penetasan (hatchery), penghasil telur tetas (breeding) dan telur konsumsi (laying) serta usaha pembesaran itik dara (rearing)sedangkan di kabupaten Bireuen pemeliharaan itik alabio hanya ditujukan sebagai penghasil telur konsumsi dan telur tetas. Telur konsumsi yang dihasilkan dipasarkan melalui asosiasi pedagang telur itik yang berada di Pasar-pasar tradisional yang ada di daerah tersebut,Telur tetas biasanya ditetaskan dengan mesin penetas untuk memenuhi keperluan bibit dan sebagian kecil dijual ke peternak di sekitarnya. Anak itik yang dihasilkan diseleksi dan dipelihara sebagai penghasil telur.
Perawatan dan pemeliharaan dapat dilakukan pada aspek-aspek berikut :
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.
  1. Pengontrol Penyakit
Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.
  1. Pemberian Pakan
Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layer (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase.
Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:
a.       umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar. (tray feeder)
b.      umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai
c.       umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.
d.      umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).




BAB VI
JENIS PENYAKIT

Berikut adalah penjelasan tentang Hama/Penyakit yang sering menyerang ternak itik alabio.
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa.
penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan dan sanitasi kandang  yang kurang tepat.

Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:
Penyakit Duck Cholera.
Penyebab: bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
Penyakit Salmonellosis.
Penyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.








BAB VII
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA ITIK ALABIO

Perkiraan analisis budidaya itik di Kab A.Utara  tahun 2008 adalah sebagai berikut:.
Permodalan
Modal kerja
- Anak itik siap telur um 6 bl 36 paketx500 ek x Rp 6.000 Rp 108.000.000,-
- Biaya kelancaran usaha dan lain-lain                           Rp 4.000.000,-
Modal Investasi
- Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,-                        Rp 18.000.000,-
Jumlah kebutuhan modal :                                              Rp 130.000.000,-
Prasyaratan kredit yang dikehendaki:
-         Bunga (menurun) 20% /tahun
-         Masa tanggung angsuran 1 tahun
-         Lama kredit 3 tahun
Biaya-biaya
Biaya kelancaran usaha dan lain-lain                                    Rp 4.000.000,-
Biaya tetap
Biaya pengambalian kredit:
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun I                      Rp 14.723.000,-
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun II                    Rp 86.125.000,-
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun III                   Rp 73.125.000,-
Biaya penyusutan kandang:
- biaya penyusutan kandang tahun I                                           Rp 3.600.000,-
- biaya penyusutan kandang tahun II                                          Rp 3.600.000,-
- biaya penyusutan kandang tahun III                            Rp 3.600.000,-
Biaya tidak tetap
Biaya pembayaran ransum:
- biaya ransum tahun I                                                   Rp 245.700.000,-
- biaya ransum tahun II                                                             Rp 453.600.000,-
- biaya ransum tahun III                                                            Rp 453.600.000,-
Biaya pembayaran itik siap produksi:
- pembayaran tahun I                                                                Rp 108.000.000,-
- pembayaran tahun II -
- pembayaran tahun III -
Biaya pembayaran obat-obatan:
- biaya pembayaran obat-obatan tahun I                                   Rp 2.457.000,-
- biaya pembayaran obat-obatan tahun II                                  Rp 4.536.000,-
- biaya pembayaran obat-obatan tahun III                                 Rp 4.436.000,-
(Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum)

Pendapatan
Penjualan telur tahun I                                             Rp 384.749.920,-
Penjualan telur tahun II                                            Rp 615.600.000,-
Penjualan telur tahun III                                          Rp 615.600.000,-
Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,-           Rp 5.700.000,-

Peluang Agribisnis.
Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanji untuk dikembangkan secara intensif.

BAB VIII
PENUTUP
KESIMPULAN
Taksonomi dari itik alabio adalah :
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Sub phylum      : Vertebrata
Class                : Aves
Ordo                : Anseriformes
Famili               : Anatidae
Genus               : Anas
Spesies : Anas platyrhynchos Borneo
Ciri-ciri itik Alabio sebagai berikut :
Itik alabio adalah itik borneo (Anas platurynchos Borneo) atau itik Kalimantan. Itik ini merupakan itik asli Kalimantan, di samping itik dari Nunukan (Kal-Tim).Itik alabio diperkirakan hasil persilangan antara itik asli Kalimantan Selatan dengan itik peking. Nama Alabio di ambil dari nama salah satu kota kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan. Itik ini merupakan itik tipe petelur yang produktif.


SARAN
Kami menyadari dalam hal penulisan atau penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dalam hal penyusunan kata maupun bahasa yang kami gunakan dikarnakan keterbatasan  pengetahuan yang kami miliki dalam hal menulis.oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.





DAFTAR PUSTAKA

ü      Bambang Suharno, Ir. Dan Khairul Amri. Beternak Itik Secara Intensif. Penerbit Penebar Swadaya. Tahun 1998
ü      Redaksi Trubus. Beternak Itik CV. 2000-INA. Penerbit Penebar Swadaya. Tahun 1999
ü      Prawoto; Peternak Ternak Itik. Desa Sitemu Kec. Taman Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361
ü      BPTP Kalimantan Timur, 2000.Pengkajian Teknologi Budidaya Itik.PAATP Kaltim TA. 2000.
ü      Sinurat A.P  1999.Penggunaan Bahan Pakan Lokal Dalam Pembuatan Ransum Itik,Wartazoa Vol. 9 No. 1 Hal. 12-20. Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar